Drama menyedihkan tersaji di Stadion Mulawarman, Sabtu, (2/10) malam tadi. Tuan rumah Bontang Football Club (BFC) yang berambisi mengandaskan juara bertahan Arema FC, justru dipermalukan dengan skor mencolok 0-5. Gol tim tamu hasil hattrick striker Noh Alam Shah menit 19, 67, dan 89. Dua gol lainnya dicetak Roman Chamelo menit 8 dan pemain tengah M Ridhuwan menit 61.
Tentu hasil ini sangat mengecewakan Arifki Eka Putra dkk. Terlepas dari kemenangan besar tim tamu, tim BFC menilai terjadi kecurangan di lapangan yang membuat The Red Equator-julukan BFC itu harus tumbang di hadapan pendukung sendiri.
Duka tim tuan rumah terjadi ketika memasuki menit ke-8. Roman Chamelo berhasil mencetak gol setelah melewati adangan pemain belakang BFC yang digalang Nyek Nyobe, Iqbal Samad dan Joko Sidik. Setelah gol pertama, tensi permainan mulai memanas. Tekling keras dari kedua kubu kerap terjadi. Puncak kemarahan tuan rumah terjadi ketika wasit Suharto dari Jakarta harus mengeluarkan kartu merah untuk Ali Khadafi menit 15.
Pemain yang mencetak gol saat lawan Persema, Rabu lalu itu, terprovokasi tindakan Roman Chamelo yang terjatuh saat dihadang pemain belakang BFC. Pemain dari kedua tim melakukan protes atas putusan itu, dan Ali terlalu responsif hingga melakukan dorongan hingga Chamelo terjatuh.
“Selama 80 menit main dengan 10 pemain bukan pekerjaan mudah bagi kami. Lima menit main, wasit memberikan kartu kuning bagi Nyek, pemain belakang kami. Dan 10 menit memberikan kartu bagi Ali. Setelah itu, kami tahu apa yang akan terjadi. Saya pemain bola dan tahu sepak bola Indonesia,” kata Fakhri Husaini, pelatih BFC.
“Apa yang dilakukan wasit terhadap Nyek dan mengeluarkan Ali. Wasit sama dengan membunuh kami pelan-pelan,” tambahnya.
Fakhri menilai, situasi akan berbeda jika bermain dengan 11 pemain. “Saya respeks dengan pemain Arema. Saya tak melihat perbedaan yang mencolok dari pemain kami dan Arema. Tapi setelah Ali dikartu merah. Saya sudah tahu, pertandingan ini berakhir seperti apa,” kata Fakhri.
Dirinya menilai, seluruh pemainnya sudah maksimal dan bekerja keras. “Mau ngomong taktik apalagi. Sepuluh pemain sudah bekerja keras,” tambah Fakhri.
Memang, pertandingan sangat jomplang setelah Ali diusir wasit. Arema sering mengancam gawang BFC. Tensi tinggi memang terlihat di lapangan. Sejak menit pertama. Kedua tim langsung bermain terbuka. Terbukti 5 menit pertama kedua tim sudah memiliki peluang mencetak gol. Tuan rumah mengancam dari serangan sporadis yang digalang duet Jepang Satoshi Otomo dan Kenji Adachihara. Sementara tim tamu serangan dari Juan Revi dan Noh Alam Shah.
Sementara itu, General Manager BFC Andi Faisal Hasdam menilai aroma kekalahan timnya sudah tercium sebelum peluit ditiup. “Saya sudah merasakan kekalahan tim ini. Sejak tidak disahkannya pemain baru kami untuk menghuni skuad inti. Tapi memang setelah Ali keluar, kepemimpinan wasit sudah sangat merugikan kami,” kata Ical sapaanya.
Dilain pihak, kubu Arema begitu gembira dengan torehan 3 poin di Bontang. Kekalahan dari Persisam Putra Samarinda sudah terlupakan. Pelatih Miroslav Janu menilai kemenangan timnya dicetak karena pemain bisa menerapkan strategi di lapangan. “Kami mencetak gol sebelum Ali keluar. Pemain menjalankan cukup baik dari startegi yang saya instruksikan,” kata Miro. (*/nan/Kaltimpost)
Diposting oleh
Alzhena
0 komentar:
Posting Komentar