PT Liga Indonesia (PT LI) telah selesai memverifikasi tim-tim Indonesian Super League (ISL). Hasilnya, tiga tim mendapatkan catatan khusus pada aspek infrastruktur. Yakni, Pelita Jaya Karawang, Persitara Tangerang, dan yang terberat adalah PSPS Pekanbaru.
Tim promosi PSPS memiliki catatan paling banyak terkait dengan kondisi Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai. Stadion tersebut dinilai tak layak untuk dijadikan tuan rumah ISL. 'Kami masih menoleransi sampai 25 September nanti untuk paling tidak memenuhi standar minimal ISL. Jika tidak, kami akan mencari klub pengganti,' ujar Andi Darusallam Tabussala, chairman PT LI, di Jakarta kemarin (1/9).
Standar minimal infrastruktur yang dimaksud PT LI adalah distribusi rumput pada lapangan harus merata di setiap sudut, drainase berfungsi, dan bench di area teknik sesuai dengan regulasi. Ruang-ruang di stadion pun harus didukung jalur yang memadai.
Lampu stadion juga menjadi perhatian, minimal berkapasitas 1.000 luks dan dilengkapi dengan genset. Selain itu, tribun wajib memenuhi standar. Tribun harus memiliki bagian khusus untuk penonton VIP, media, pagar, dan tribun tersektor pada tiap sisi.
Solusi lain yang ditawarkan PT LI kepada PSPS adalah mencari kandang lain. 'Jangan memikirkan klub pengganti dahulu. Sebab, kami juga tak memikirkannya. Biarlah PSPS mencari solusi terbaik lebih dahulu,' ujar pria yang juga menjabat manajer tim nasional itu.
Lagipula, PT LI tidak berwenang mengganti tim yang berkompetisi di ISL. PT LI hanya bertugas menilai kelayakan suatu tim untuk masuk ISL. "Keputusan ada di tangan Komite Eksekutif PSSI," ujar Andi.
Pada aspek infrastruktur, PSPS memang mendapatkan nilai terburuk. Tapi, berdasar lima aspek yang dinilai PT LI (legalitas, personal administrasi, supporting team, finansial, dan infrastruktur), nilai Persija Jakarta paling jeblok.
Tim berjuluk Macan Kemayoran itu hanya mendapat nilai total 4,95. Padahal, jumlah tersebut sudah terbantu nilai infrastruktur 7.07 poin karena menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Nah, nilai yang menjatuhkan adalah personal administrasi yang hanya 1.88 poin. Salah satu penyebabnya, belum adanya izin dari manajemen GBK.
Berdasar penilaian keseluruhan aspek, Arema Malang menjadi tim yang terbaik. Meski, tim berjuluk Singo Edan itu tak mendapat nilai sebaik awal musim lalu. Penurunan nilai tersebut terkait dengan kelengkapan dokumen yang masih belum bisa dipenuhi sampai batas waktu 31 Agustus. [vem/diq/jawapos]
Tim promosi PSPS memiliki catatan paling banyak terkait dengan kondisi Stadion Kaharuddin Nasution, Rumbai. Stadion tersebut dinilai tak layak untuk dijadikan tuan rumah ISL. 'Kami masih menoleransi sampai 25 September nanti untuk paling tidak memenuhi standar minimal ISL. Jika tidak, kami akan mencari klub pengganti,' ujar Andi Darusallam Tabussala, chairman PT LI, di Jakarta kemarin (1/9).
Standar minimal infrastruktur yang dimaksud PT LI adalah distribusi rumput pada lapangan harus merata di setiap sudut, drainase berfungsi, dan bench di area teknik sesuai dengan regulasi. Ruang-ruang di stadion pun harus didukung jalur yang memadai.
Lampu stadion juga menjadi perhatian, minimal berkapasitas 1.000 luks dan dilengkapi dengan genset. Selain itu, tribun wajib memenuhi standar. Tribun harus memiliki bagian khusus untuk penonton VIP, media, pagar, dan tribun tersektor pada tiap sisi.
Solusi lain yang ditawarkan PT LI kepada PSPS adalah mencari kandang lain. 'Jangan memikirkan klub pengganti dahulu. Sebab, kami juga tak memikirkannya. Biarlah PSPS mencari solusi terbaik lebih dahulu,' ujar pria yang juga menjabat manajer tim nasional itu.
Lagipula, PT LI tidak berwenang mengganti tim yang berkompetisi di ISL. PT LI hanya bertugas menilai kelayakan suatu tim untuk masuk ISL. "Keputusan ada di tangan Komite Eksekutif PSSI," ujar Andi.
Pada aspek infrastruktur, PSPS memang mendapatkan nilai terburuk. Tapi, berdasar lima aspek yang dinilai PT LI (legalitas, personal administrasi, supporting team, finansial, dan infrastruktur), nilai Persija Jakarta paling jeblok.
Tim berjuluk Macan Kemayoran itu hanya mendapat nilai total 4,95. Padahal, jumlah tersebut sudah terbantu nilai infrastruktur 7.07 poin karena menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Nah, nilai yang menjatuhkan adalah personal administrasi yang hanya 1.88 poin. Salah satu penyebabnya, belum adanya izin dari manajemen GBK.
Berdasar penilaian keseluruhan aspek, Arema Malang menjadi tim yang terbaik. Meski, tim berjuluk Singo Edan itu tak mendapat nilai sebaik awal musim lalu. Penurunan nilai tersebut terkait dengan kelengkapan dokumen yang masih belum bisa dipenuhi sampai batas waktu 31 Agustus. [vem/diq/jawapos]
Diposting oleh
Alzhena
0 komentar:
Posting Komentar