Sabtu, 31 Juli 2010
Tanda-tanda eksistensi BFC kembali terlihat dari kemungkinan disetujuinya dana dari APBD-Perubahan Bontang. Namun demi mempercepat proses perekrutan pemain, manajemen BFC kini sedang mencari dana talangan, sambil menunggu cairnya dana dari Pemkot Bontang.
Anggota DPRD Bontang kini mulai sepakat dengan pengucuran dana bagi BFC, meski nilainya masih jauh dari anggaran yang diajukan manajemen. Dana sebesar Rp 5 miliar kemungkinan akan diberikan dari APBD-P 2010.
Syaratnya, manajemen BFC harus melaporkan dulu penggunaan anggaran musim lalu. Inilah yang menjadi salah satu kendala kenapa hingga saat ini anggota dewan masih bersilang pendapat soal kemungkinan pengucuran dana bagi tim berjuluakn The Reds Equator itu.
Kini, manajemen BFC sedang berjuang menyiapkan dana talangan untuk keperluan uang muka kontrak pemain yang diincar. Sebab ada beberapa pemain dari klub lain yang akan dikontrak, dan merupakan rekomendasi Pelatih Fachri Husaini, namun prosesnya terkendala belum adanya dana.
General Manager BFC Andi Faisal mengatakan, sebenarnya kepastian perpanjangan kontrak pemain dari tim musim lalu sudah rampung. Meski tidak semua pemain dipertahankan.
“Mereka sudah setuju. Lagi pula kontrak mereka hingga September mendatang, jadi belum waktunya menyelesaikan keuangan atau memberikan uang muka kontrak bagi pemain musim lalu. Saya pastikan kontrak mereka akan diperpanjang,” kata Ical panggilan akrab Andi Faisal.
Ical optimistis, Pemkot Bontang akan mengucurkan dana untuk musim nanti. Meskipun belum dipastikan besarannya oleh legislatif. Saat ini, Bontang FC justru memikirkan bagaimana menyiapkan uang muka untuk membayar pemain baru. “Rencananya akan saya talangi dulu dan mencari tambahan dari pihak ketiga, sembari menunggu anggaran dari APBD-P cair di akhir September nanti,” kata Ical.
Mengenai Laporan Pertanggungjawaban (LPj) BFC, seperti yang diminta DPRD Bontang, Ical mengaku tidak pernah diungkapkan anggota legislative kepada dirinya. Menurutnya, anggota dewan hanya meminta rincian secara global rencana pembiayaan untuk musim depan. “Kalau LPj kami sudah siapkan itu jauh hari,” kata Ical.
(Sumber : Kaltimpost )
Sabtu, 31 Juli 2010 , 09:38:00
Maksimal Rp 5 M untuk BFC
Bontang FC mengusulkan Rp 18 miliar untuk musim kompetisi 2010-2011. Anggaran ini mendesak, karena Bontang FC harus segera mengikat kontrak pemain yang diincar, sebelum diambil klub lain yang sudah pasti anggarannya. Namun usulan untuk Bontang FC tersebut tampaknya berat disetujui di tahun ini. Kalaupun dapat maksimal Rp 5 miliar.
Anggota Badan Anggaran DPRD Bontang Nursalam menyatakan, sangat berat jika usulan Rp 18 miliar diakomodasi pada APBD Perubahan yang segera dibahas wakil rakyat ini. Sebab banyak hal yang menurutnya lebih prioritas. Dari estimasinya, jika dipaksakan Bontang FC bisa saja dapat Rp 5 miliar. “Saya katakan dipaksakan, sebab aturan penyusunan APBD menyebutkan bantuan ke klub bola yang sifatnya hibah itu cuma boleh sekali. Kalau mau masuk bansos maksimal Rp 50 juta. Ya nanti dilihat, bagaimana sikap teman-teman anggaran yang lain,” kata Salam.
Terpisah, koleganya di Badan Anggaran DPRD Henry Pailan menyebut, tidak ada yang salah kalau manajemen Bontang FC minta Rp 18 miliar dari APBD Bontang. “Tapi disetujui atau tidak, mari kita lihat bersama mana usulan yang lebih urgen?” kata Henry.
Di sisi lain ia kembali mengingatkan agar manajemen Bontang FC memberi laporan pertanggungjawaban keuangan kepada DPRD tentang pengelolaan anggaran musim lalu.
Sabtu, 17 Juli 2010 , 09:29:00 Soal Usulan Rp 18 M dari Bontang FC Ical: Jangan Buru-buru Dinilai Negatif
BONTANG -- Manajer Bontang FC Andi Faisyal menyatakan, usulan Rp 18 miliar kebutuhan tim untuk berlaga di musim kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2010-2011 semestinya tak perlu buru-buru dinilai negatif elemen masyarakat Bontang. Dengan angka Rp 18 miliar, manajemen tentu punya target tinggi, lebih baik dari prestasi musim lalu.
“Bagaimana Bontang FC mau maju dan berprestasi kalau belum-belum sudah muncul berbagai kritik?” kata Ical, sapaan akrabnya. Ical meminta elemen masyarakat fair menilai kebutuhan tim, bila perlu membandingkan daerah lain yang juga memiliki tim sepakbola yang berlaga di ISL. Deltras Sidoarjo misalnya, kata Ical, manajemennya sudah teriak-teriak minta Rp 22 miliar. Di Samarinda, Pusam sudah disetujui dapat Rp 13,5 miliar di APBD 2010.
“Bontang FC baru mengusulkan masuk di APBD Perubahan. Dibahas belum, tapi sudah disorot habis,” keluhnya.
Ical juga menanggapi soal keinginan masyarakat agar manajemen Bontang FC menyampaikan dulu laporan pertanggungjawaban keuangan musim lalu sebesar Rp 13 milar, sebelum usulan Rp 18 miliar dibahas. Menurutnya, sudah pasti itu dilakukan, malah sebelum masyarakat bersuara di koran. Semua rincian pengelolaan keuangan Bontang FC disebutnya sudah dilaporkan ke BPK Kaltim pada Januari lalu. “Kalau di DPRD rasanya tak ada yang minta. Justru mereka tanya apa saja rincian usulan tahun ini?” ungkap Ical.
Untuk yang terakhir ini, Bontang FC menunggu kepulangan Wali Kota Bontang Sofyan Hasdam sebagai ketua umum, yang kini sedang umrah. “Nanti ketua umum dan ketua harian (Udin Mulyono, Red) yang akan mempresentasikan apa saja kebutuhan tim sehingga kami minta Rp 18 miliar,” katanya.Tapi sekadar acuan, ia mengakui gaji/kontrak pemain adalah proporsi terbesar kebutuhan keuangan tim.
Sebelum ini, sebagaimana berkembang di media ini, usulan Rp 18 miliar dari Bontang FC oleh sebagian anggota Badan Anggaran DPRD disebutkan berat disetujui, apalagi jika masuk dalam APBD Perubahan, mengingat APBD Bontang tahun ini defisit lebih Rp 100 miliar.
Sekretaris Lembaga Investigasi Tindak Pidana Korupsi (LITPK) Frans Micha mendesak agar manajemen Bontang FC memberi laporan pertanggungjawaban dulu ke publik pengelolaan anggaran musim lalu, sebelum usulan Rp 18 miliar di bahas di Badan Anggaran DPRD. ( Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=66918 )
Jum'at, 16 Juli 2010 , 09:00:00
Soal Bontang FC Minta Dana Rp 18 M Pertanggungjawabkan Dulu Anggaran 2009
BONTANG – Semakin kencang suara publik menyikapi usulan permintaan dana Rp 18 miliar oleh manajemen Bontang FC. Setelah Badan Anggaran DPRD mengisyaratkan berat menyetujui angka yang lumayan besar itu, elemen masyarakat lain mendesak Bontang FC membeber ke publik kemana dan bagaimana pengelolaan anggaran musim lalu yang sepenuhnya juga ditanggung APBD Bontang.
“Demi azas transparansi pengelolaan keuangan daerah, pertanggungjawabkan dulu anggaran 2009. Ini uang rakyat, jadi publik harus tahu kemana dan bagaimana uang mereka dibelanjakan,” kata Sekretaris Lembaga Investigasi Tindak Pidana Korupsi (LITPK) Frans Micha kepada media ini, kemarin (15/7). Transparansi yang dia maksud termasuk berapa pendapatan Bontang FC saat menjadi tuan rumah.
Bontang FC, sebagaimana diberitakan, untuk musim kompetisi 2010-2011 menganggarkan setidaknya Rp 18 miliar agar bisa berlaga di Indonesia Super League (ISL). Angka ini melambung hampir 50 persen dibanding anggaran musim lalu yang berada di kisaran Rp 13 miliar.
Manajer Bontang FC Andi Faisyal mengemukakan, dana sebesar itu diusulkan agar bisa diakomodasi di APBD Perubahan 2010, mengingat kompetisi akan mulai bergulir pada September tahun ini.Menurut Frans, setidaknya ada beberapa catatan yang mesti dihadapkan, baik kepada manajemen Bontang FC, maupun DPRD sebagai pengambil keputusan diterima-tidaknya usulan permintaan dana yang besarnya bisa untuk membangun 7-8 gedung sekolah itu.
Selain harus didahului dengan pertanggungjawaban anggaran musim lalu, juga harus dikejar apa prestasi yang sudah dicetak Bontang FC, dan apa target ke depan. “Kalau cuma mau lolos dari degradasi, angka sebesar ini rasanya wajib diperdebatkan.” Frans juga mengusulkan, agar manajemen Bontang FC lebih memaksimalkan pemain lokal, ketimbang menyewa pemain asing tetapi gagal mengangkat prestasi ke papan atas. “Bontang punya pola pembinaan pemain muda. Kalau mereka tak digunakan, untuk apa ada pembinaan?” kritiknya.
Di sisi lain, usulan Rp 18 miliar menurutnya tidak semestinya melulu ke APBD. Apalagi ketika kali pertama diserahkan ke Pemkot Bontang dari PT Pupuk Kaltim, manajemen Bontang FC menggadang-gadang akan merangkul sponsor. “Kini perlu kita pertanyakan, mengapa banyak perusahaan di Bontang yang tak mau ambil bagian menjadi sponsor. Mungkin pendekatan manajemen Bontang FC kurang mengena, atau kurang nilai jualnya ,” sebut Frans.
Ia menggarisbawahi, meski bola adalah olahraga yang menyenangkan masyarakat, dan sebagian publik Bontang menaruh harapan pada Bontang FC, jangan sampai masyarakat menilai setiap usulan dari manajemen Bontang FC akan disetujui karena ada benang merah antara manajernya dengan ketua DPRD dan wali kota Bontang. (Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=66772)
|
|